Back

USD/IDR Lanjutkan Penurunan, Rupiah Tangguh di 16.399, Tunggu Keputusan Bank Indonesia

  • Rupiah stabil cenderung menguat, didukung intervensi Bank Indonesia dan minat investor asing terhadap aset domestik.
  • Dolar AS tertekan setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari ‘AAA’ ke ‘AA1’, memicu keraguan atas status safe-haven Greenback.
  • Pasar Asia menguat, sementara investor global mencermati potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakpastian fiskal AS.

Pada hari Selasa, siang hari di sesi Asia, nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah Indonesia (USD/IDR) terus mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir dan saat ini diperdagangkan di sekitar level 16.399. Pelemahan pasangan mata uang ini terseret oleh pelemahan USD, dengan Indeks Dolar AS (DXY) bergerak mendekati kembali level 100, setelah sempat hampir menyentuh level 102 pada awal pekan lalu.

Greenback tertekan setelah lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit Amerika Serikat dari ‘AAA’ menjadi ‘AA1’. Penurunan ini menjadi sinyal kuat hilangnya kepercayaan pasar terhadap kredibilitas fiskal AS dan berpotensi memperlemah status safe-haven Dolar AS di mata investor global.

Dalam laporannya, Moody’s menyebut bahwa kekuatan ekonomi dan finansial AS tidak lagi cukup untuk mengimbangi penurunan signifikan dalam metrik fiskal. Analis pasar menilai keputusan ini merupakan kelanjutan dari sentimen negatif yang telah muncul sejak era pemerintahan Presiden Donald Trump, terutama setelah kebijakan tarif yang agresif diberlakukan.

Indeks Dolar AS (DXY) pun tertekan, mencerminkan ketidakstabilan Greenback. Pasar global kini mempertanyakan posisi Dolar sebagai aset lindung nilai utama di tengah meningkatnya utang nasional AS yang telah menyentuh angka $36 triliun.

Pasar Asia Menguat, Investor Waspadai Risiko Sistemik

Sementara itu, bursa saham Asia menunjukkan performa positif pada perdagangan hari Selasa. Indeks MSCI Asia Pasifik (di luar Jepang) naik 0,36%, sedangkan Nikkei Jepang mencatat kenaikan sebesar 0,29%. Saham Tiongkok stabil setelah Bank Sentral Tiongkok memangkas suku bunga acuan, sementara indeks Hang Seng Hong Kong menguat 1,33%.

Di pasar domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 30 poin ke level 7.171, mencerminkan sentimen positif investor terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Respons The Fed: Hati-Hati, tapi Optimis

Pejabat Federal Reserve AS masih bersikap hati-hati menyikapi dampak penurunan peringkat kredit. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, memperingatkan bahwa ketidakpastian fiskal dapat memberikan efek riak pada seluruh sektor ekonomi dan menyarankan waktu tunggu 3-6 bulan untuk melihat dampaknya secara menyeluruh.

Sementara itu, Wakil Ketua The Fed, Philip Jefferson, menekankan bahwa bank sentral berada dalam posisi yang baik, meskipun menghadapi risiko ganda terhadap stabilitas harga dan pasar tenaga kerja. Presiden The Fed New York, John Williams, menyatakan bahwa prospek yang lebih jelas kemungkinan baru akan muncul setelah pertengahan tahun, menutup kemungkinan penurunan suku bunga sebelum musim panas.

Di AS Minim Data, Fokus Pasar Bergeser ke Pernyataan Anggota FOMC Malam Ini

Tidak ada rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat pada hari Selasa, membuat Dolar AS dan pergerakan pasangan mata uang USD/IDR berada sepenuhnya di bawah pengaruh komentar dari para pejabat Federal Reserve. Pasar akan mencermati pernyataan anggota-anggota penting Federal Reserve (The Fed), termasuk Raphael Bostic, Mary C. Daly, Adriana Kugler dan beberapa lainnya malam ini.

Bank Indonesia Prioritaskan Keseimbangan Pertumbuhan dan Stabilitas

Selanjutnya, fokus pasar domestik akan tertuju pada Bank Indonesia yang dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu, 21 Mei. Meski pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2025 melambat ke 4,87% – level terendah dalam tiga tahun – BI tetap mempertahankan target pertumbuhan tahunan di kisaran 4,7%-5,5%.

Direktur BI, Juli Budi Winantya, menyatakan kepada Reuters di awal bulan ini, bahwa BI mencari “keseimbangan optimal” antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas rupiah, terutama di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik India-Pakistan. BI juga mencatat kembalinya minat investor asing terhadap aset Indonesia, meskipun tekanan dari repatriasi dividen dan pembayaran utang dalam dolar dapat menjadi tantangan ke depan.

Sebagai langkah antisipatif, BI mengurangi volume Sertifikat Bank Indonesia (SBI) guna menjaga likuiditas pasar dan mendukung stabilitas nilai tukar.

Indikator Ekonomi

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Keputusan Tingkat Suku Bunga diumumkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan Moneter mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter suatu negara, bank sentral atau pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada hubungan antara suku bunga di mana uang dapat dipinjam dan pasokan total uang.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Rab Mei 21, 2025 07.30

Frekuensi: Tidak teratur

Konsensus: 5.5%

Sebelumnya: 5.75%

Sumber: Bank Indonesia

Bank-Bank Sentral FAQs

Bank Sentral memiliki mandat utama yaitu memastikan adanya stabilitas harga di suatu negara atau kawasan. Perekonomian terus-menerus menghadapi inflasi atau deflasi ketika harga barang dan jasa tertentu berfluktuasi. Kenaikan harga yang terus-menerus untuk barang yang sama berarti inflasi, penurunan harga yang terus-menerus untuk barang yang sama berarti deflasi. Tugas bank sentral adalah menjaga permintaan tetap sesuai dengan mengubah suku bunga kebijakannya. Bagi bank sentral terbesar seperti Federal Reserve AS (The Fed), Bank Sentral Eropa (ECB) atau Bank of England (BoE), mandatnya adalah menjaga inflasi mendekati 2%.

Bank sentral memiliki satu alat penting yang dapat digunakan untuk menaikkan atau menurunkan inflasi, yaitu dengan mengubah suku bunga acuannya, yang umumnya dikenal sebagai suku bunga. Pada saat-saat yang telah dikomunikasikan sebelumnya, bank sentral akan mengeluarkan pernyataan dengan suku bunga acuannya dan memberikan alasan tambahan terkait mengapa bank ini mempertahankan atau mengubahnya (memotong atau menaikkan). Bank-bank lokal akan menyesuaikan suku bunga tabungan dan pinjaman mereka, yang pada gilirannya akan mempersulit atau mempermudah orang untuk mendapatkan penghasilan dari tabungan mereka atau bagi perusahaan-perusahaan untuk mengambil pinjaman dan melakukan investasi dalam bisnis mereka. Ketika bank sentral menaikkan suku bunga secara substansial, hal ini disebut pengetatan moneter. Ketika memotong suku bunga acuannya, maka disebut pelonggaran moneter.

Bank sentral sering kali independen secara politik. Anggota dewan kebijakan bank sentral melewati serangkaian panel dan sidang sebelum diangkat ke kursi dewan kebijakan. Setiap anggota di dewan tersebut sering kali memiliki keyakinan tertentu tentang bagaimana bank sentral harus mengendalikan inflasi dan kebijakan moneter berikutnya. Anggota yang menginginkan kebijakan moneter yang sangat longgar, dengan suku bunga rendah dan pinjaman murah, untuk meningkatkan ekonomi secara substansial semantara merasa puas melihat inflasi sedikit di atas 2%, disebut 'dove'. Anggota yang lebih suka melihat suku bunga yang lebih tinggi untuk menghargai tabungan dan ingin menjaga inflasi tetap rendah setiap saat disebut 'hawk' dan tidak akan beristirahat sampai inflasi mencapai atau sedikit di bawah 2%.

Biasanya, ada ketua atau presiden yang memimpin setiap rapat, perlu menciptakan konsensus antara pihak yang mendukung atau menentang kebijakan moneter dan memiliki keputusan akhir ketika keputusan harus diambil berdasarkan suara yang terbagi untuk menghindari hasil seri 50-50 mengenai apakah kebijakan saat ini harus disesuaikan. Ketua akan menyampaikan pidato yang sering kali dapat diikuti secara langsung, di mana sikap dan prospek moneter saat ini dikomunikasikan. Bank sentral akan mencoba untuk mendorong kebijakan moneternya tanpa memicu perubahan tajam pada suku bunga, ekuitas, atau mata uangnya. Semua anggota bank sentral akan mengarahkan sikap mereka ke pasar sebelum acara rapat kebijakan. Beberapa hari sebelum rapat kebijakan berlangsung hingga kebijakan baru dikomunikasikan, anggota dilarang berbicara di depan umum. Hal ini disebut periode blackout.

AUD/JPY Menarik Beberapa Penjual ke Dekat 93,00, Mata Tertuju pada Konferensi Pers RBA

Pasangan mata uang AUD/JPY menghadapi tekanan jual mendekati 93,00 selama perdagangan sesi Asia pada hari Selasa. Dolar Australia (AUD) beringsut lebih rendah terhadap Yen Jepang (JPY) setelah keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA)
Leia mais Previous

Prakiraan Harga EUR/USD: Menguji Batas Atas Descending Channel di Dekat 1,1250

EUR/USD tetap stabil setelah mencatatkan kenaikan lebih dari 0,50% di sesi sebelumnya, diperdagangkan sekitar 1,1240 selama jam perdagangan sesi Asia pada hari Selasa. Pada grafik harian, analisis teknis mengindikasikan bias bearish sedang berlangsung, karena pasangan mata uang ini terus diperdagangkan lebih rendah dalam pola descending channel.
Leia mais Next